BJ Habibie dalam sambutannya saat menerima gelar Honoris Causa (HC) di Nagoya University mengungkapkan kebanggaannya sebagai orang Indonesia. Masyarakat Jepang yang sekarang maju, tengah berada pada masa aging society yakni generasi produktif yang sudah menua. Kebanyakan dari mereka menabung di masa mudanya dan kini saat sudah menua mereka mulai menggunakan jerih payahnya tersebut.
Indonesia sebaliknya. Negara ini memiliki generasi produktif yang sangat banyak dan potensial. Dari segi manapun, developing countries memiliki nilai positif jika hendak dibandingkan dengan negara-negara maju karena pertumbuhan negara berkembang jauh lebih mudah. Negara-negara maju di Eropa misalnya, mereka demikian sulit hanya untuk meningkatkan perekonomian 1-2%.
Negara berkembang adalah tentang how to life. Negara berkembang adalah negara masa depan. Jadi tidak ada alasan untuk tidak bangga menjadi orang Indonesia.
Kenapa kita harus bangga (lagi) menjadi orang Indonesia? Saat ini, Asia adalah penyelamat ekonomi dunia. Asia sendiri terbagi-bagi menjadi beberapa area yang bisa dikatakan 'great'. Ada greater China, Pakistan, dan Indonesia. Di kawasan ASEAN, Indonesia tergolong negara 'greater' di antara negara-negara lainnya.
Berbicara mengenai daya saing, ada tiga faktor yang mempengaruhi, antara lain basic requirement, efficiency enhancing, dan innovation & sophistication center.
Basic Requirement antara lain terdiri dari pendidikan, infrastruktur, dan kesehatan. Logikanya, bagaimana suatu negara bisa bersaing jika untuk kebutuhan dasarnya saja tidak bisa dipenuhi? Karena itulah, kebutuhan mendasar perlu diupayakan semaksimal mungkin.
Efficiency enhancing terkait dengan kecanggihan teknologi. Teknologi canggih diharapkan mampu meningkatkan efisiensi.
Terakhir, innovation & sophistication center mengacu pada kreativitas. Keunikan dan dan kegunaan adalah dua poin utama yang harus diperhatikan. Percuma ketika suatu karya itu unik tapi tidak bermanfaat. Berdasarkan penelitian dari Harvard University tahun 2011, 2/3 kreativitas dihasilkan dari pendidikan dan 1/3 sisanya dipengaruhi faktor genetik. Intelejensi justru kebalikannya.
Sedikit Banyolan Tentang Pendidikan
Indonesia memiliki sekitar 20 juta siswa SD hingga SMA dengan pengajar sejumlah 2,9 juta orang. Jadi kalau denger Menteri Pendidikan Singapura ngomongin pendidikan, ya cuma pendidikannya satu kecamatan saja itu. Kalau Indonesia, mulai dari level pendidikan Afrika sampai Eropa kita punya.
Tapi tetap, yang terpenting jika berbicara mengenai pendidikan, setidaknya ada tiga hal krusial dalam hal ini, antara lain: observing (kemampuan melihat, mendengar, dan membaca), questioning (saat anak sudah mampu berorientasi pada pertanyaan mengapa disertai dengan kemampuan berargumen),dan presentation.
Empat Fase Jejaring Alumni
Jejaring alumni harus melalui empat fase dalam perkembangannya, yaitu connectivity, transaksi, kolaborasi, dan transformasi.
Connectivity artinya setiap alumni bisa terhubung satu sama lain atau dengan kata lain silaturahmi. Tak cukup hanya berkumpul, setidaknya selama ajang pertemuan itu mampu berbuah sesuatu yang positif, misalnya berupa transaksi. Transaksi dalam hal apapun, tak terbatas transaksi bisnis.
Fase ketiga adalah kolaborasi. Setiap alumni ITS diharapkan mampu berkolaborasi, baik dengan sesama alumni ITS maupun perguruan tinggi lain. Fase terakhir adalah transformasi dimana jejaring alumni mampu membuat perubahan mendasar dalam satu dan lain hal dalam artian positif.
Harapan untuk ITS
Pertama, ITS adalah pilar sains dan teknologi. Perkuatlah terus dengan kerja keras.
Kedua, ITS untuk bangsa dan untuk dunia. ITS harus mampu in & out working. ITS dengan keluguannya dipoles sedikit saja jadi.
Sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Mohammad Nuh mewakili Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono @IBS