Pages

Tuesday, November 13, 2012

maba

pemandangan yang tertangkap di plaza
Saya tengah menikmati angin sepoi-sepoi di Sekretariat Jurusan, menanti tiga teman yang memang janjian asistensi ke dosen pembimbing. Kalau bukan karena jam janjian sudah mepet, saya pasti jatuh terlena (baca: tidur) oleh hembusan angin *apaseh.

Tanpa sengaja, sebuah pemandangan tertangkap mata saat saya menengok ke bawah. Dengan kamera Nikon di tangan, langsung saja saya jepret. Rada kurang kerjaan sih, ngapain motret maba. Mereka klesotan di Plaza sambil mengerjakan laporan praktikum, itu bagi yang lagi ngerjain. Bagi yang nggak? Internetan atau mungkin memang sekedar 'absen' nampang di kampus.

What the hell!  Ngomongin soal maba, mindset yang muncul adalah pin, handband, dan atribut-atribut pendukung lain penunjuk identitas jurusan. Come on, saya tidak tahu apa esensi mereka (dan saya dulu) ber-atribut demikian hingga sekian lama. Okelah, di awal perkenalan kita membutuhkan media seperti itu tapi kalau menjadikannya sebagai sebuah dress code, hal itu justru bisa menumbuhkan sikap arogansi berlebihan. Dalam pemikiran saya, itu bukanlah pilihan bijak.

Ingat dulu saat awal pendirian ITS, mahasiswa Fakultas Sipil, Mesin, Teknik Kimia, Elektro, dan Perkapalan dikader secara bersama-sama. Mereka masih bisa mencintai jurusannya tanpa mengorbankan pertemanan dengan sesama mahasiswa ITS.

"Selama 10 hari benar-benar dipelonco bareng. Jadi ya deket meski sama jurusan lain," ujar Digul Siswanto, dosen Teknik Perkapalan ITS yang juga mahasiswa Tekpal angkatan 1960. 

So, duhai para senior (termasuk saya), mari turut menyebarkan virus integralistik. Sayang kalau maba-maba kita tidak memiliki pandangan luas di luar jurusannya.

No comments:

Post a Comment