Sri Sutantinah merupakan salah satu sosok alumni wanita terbaik yang dimiliki ITS. Dalam kesehariannya, Tantin, demikian sapaan akrabnya, dikenal sebagai pribadi santai dan ramah. Alumni Teknik Sipil ITS angkatan 1978 ini menyimpan sejuta prestasi sukses dalam karirnya. Saat ini Tanting tengah menjabat sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) kota Balikpapan yang telah dijalaninya sejak tahun 2005 lalu.
Dunia yang ditekuninya kini memang identik dengan profesi kaum Adam. Diakui Tantin bahwa 90 persen stafnya adalah laki-laki. Namun wanita penghobi olahraga ini memiliki tips tersendiri menghadapi lingkungan kerja yang didominasi kaum laki-laki tersebut.
“Minoritas bukan menjadi masalah, yang terpenting tidak melupakan kodrat sebagai wanita, lebih-lebih kodrat sebagai seorang ibu,” ujar Tantin. “Dalam memimpin, saya hanya memegang dua prinsip yaitu tetap tunduk pada aturan dan yakin selama masih berada di jalur yang benar,” paparnya.
Totalitas kerja wanita satu ini tak berakhir sia-sia. Berbagai penghargaan diraih kota Balikpapan dalam berbagai kategori tingkat nasional. Salah satunya, Balikpapan berhasil menyabet peringkat kedua untuk kategori kota besar dalam Penghargaan Penilaian Kinerja Pemerintah DPU (PKPD-PU) Award 2009.
Ibu tiga anak ini lulus dari Teknik Sipil ITS tahun 1984. Ia memulai perkenalannya dengan kota Balikpapan ketika sang suami, Tonny Sarwono memboyongnya kesana karena alasan pekerjaan. Tonny sendiri saat itu bekerja di PT Clumberger Kalimantan Timur (Kaltim).
Sedangkan karir Tantin sendiri bermula dari sebuah tawaran mengajar di Universitas Balikpapan. “Menjadi beban moral bagi saya ketika melihat semangat mahasiswa kepingin belajar tinggi tapi dosennya nggak ada, ” terang wanita yang pernah menjadi Dekan Fakultas Teknik Universitas Balikpapan tersebut. Itulah sumbangsih pertama Tantin untuk kota Balikpapan. Bukan itu saja, ia juga berhasil meluluskan mahasiswanya mengikuti ujian negara untuk pertama kalinya.
Di sela-sela kesibukan mengajar, sekitar tahun 1987 coba ditekuninya dunia jurnalistik pertelevisian. “Saya ingin mencoba bidang lain karena banyak hal yang bisa dipelajari, terutama komunikasi,” paparnya. Kurang lebih satu tahun lamanya, Tantin menekuni profesi sebagai penyiar dan reporter TVRI Kaltim.
Akhirnya di awal tahun 1990, mengabdikan diri sebagai PNS menjadi pelabuhan terakhir karir yang dipilih Tantin. Selama empat tahun, ia menjabat Staf Dinas Tata Kota Balikpapan. Tahun berikutnya ia dimutasi ke DPU dengan jabatan sebagai Kasubsi Administrasi Teknis hingga akhirnya dipercaya menjadi Kepala Seksi PT Bina Marga selama dua tahun.
Karir yang ditempuh wanita satu ini tak pernah berhenti di satu titik. Semua tak lepas dari profesionalisme kerja yang didedikasikannya. “Harus lebih baik, lebih cepat beradaptasi dari yang lain, dan tidak berhenti belajar, ” terang wanita yang hobi membaca ini.
Di tahun 1998, penggemar tenis meja ini ditunjuk sebagai Kepala Bidang Fisik dan Prasarana di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) kota Balikpapan, jabatan yang terbilang langka ditempati oleh seorang wanita. Profesi tersebut dijalaninya kurang lebih tujuh tahun.
Sempat Dituduh Korupsi
Meraih karir hingga posisi sekarang diakui Tantin bukan hal yang mudah. Tepatnya tahun 2007 silam, Tantin sempat dirundung cobaan berat kala menapaki tangga karirnya yaitu saat Kaltim ditunjuk menjadi tuan rumah PON XVII. Selaku Kepala DPU, Tantin bertugas menyiapkan pembangunan venues olahraga di Balikpapan yang menelan anggaran hingga ratusan milyar rupiah tersebut.
Nominal anggaran yang demikian besar jumlahnya memicu kecurigaan berbagai kalangan. Hingga menyeret nama Tantin pada dugaan kasus korupsi yang dilaporkan ke KPK, POLDA Kaltim, dan Kejaksaan.
Setahun lamanya, Tantin bergulat dengan pemeriksaan kepolisian hingga hujatan media dalam kesehariannya. Namun di satu sisi ia masih tetap fokus pada proyek penyediaan venues olahraga yang menjadi tanggungjawabnya. “Saya harus tetap memprioritaskan pekerjaan,” terang Tantin.
Setelah sekian lama diproses, sedikit demi sedikit muncul lah wajah kebenaran yang diharapkan. Pemeriksaan kepolisian tidak menemukan sedikit pun bukti bahwa Tantin melakukan korupsi. “Kesabaran dan dukungan keluarga membuat saya mampu bertahan hingga akhir,” ujar wanita kelahiran 1958 ini.
Bangun Pagi, Membungkus Kue
Kesuksesan yang diraih Tantin tak lepas dari peran sosok ibu yang sangat dikaguminya. ”Ibu adalah orang yang paling menginspirasi,’ terang Tantin.
Sebagai anak keenam dari delapan bersaudara, bukan hal mudah bagi seorang Tantin terus bertahan mengenyam pendidikan. Ayahnya, Sumantri Prawiro Kusumo, adalah seaorang wedana (pembantu bupati). Dan sang ibu Ngatmini adalah seorang PNS sebuah kepolisian.
Keterbatasan itu muncul kala sang ayah meninggal. Saat itu Tantin tengah duduk di kelas tiga bangku SMP. “Seminggu setelah kepergian ayah, ibu mengumpulkan kami,” kenang Tantin. “Pensiunan ayah dan gaji ibu ternyata tidak cukup membiayai pendidikan kami,” lanjutnya. Keterbatasan itulah yang mengharuskan semua anggota keluarga berbagi peran.
Setiap pagi sebelum ke kantor, sang ibu membuat kue untuk menambah penghasilan keluarga. Dan tiap pagi pula, Tantin harus bangun lebih awal untuk membungkus kue-kue tersebut. “Kita semua bagi tugas, kebetulan saya kebagian tugas itu,” kenangnya lagi.
Di usianya yang sekarang, Tantin masih menyimpan banyak harapan. “Mudah-mudahan hingga tiba masa purnatugas nanti, semangat saya untuk mengabdi bisa seperti sekarang, tak kendur sedikit pun,” papar Tantin. “Dimana pun berada, saya hanya mencoba menjadi pribadi yang bermanfaat,” imbuh wanita asal Mojokerto ini.
Tak lupa Tantin menyelipkan pesan kepada para mahasiswa. “Lihatlah sekitar dan lakukan hal sekecil apapun untuk membantu mereka yang membutuhkan,” pesannya. “Kerjakan semua hal sepenuh hati, jangan merasa ditekan. Tapi nikmati tanggung jawab yang ada,” pungkasnya.
No comments:
Post a Comment