Pages

Wednesday, April 20, 2011

Friendly Punkers

Apa yang Anda pikirkan ketika melihat orang bertato duduk di samping Anda? Merasa takut? tidak nyaman? atau berprasangka buruk terhadapnya? Saya kira pasti hampir semuanya dirasakan. Jangankan duduk berdampingan, melihat dari jauh saja sepertinya sudah merasa demikian. Setidaknya, itulah stigma yang dimiliki masyarakat kita. Tampang sangar dengan atribut ala punkers seolah benar-benar mencitrakan image 'jalanan' dan paham kebebasan milik diri sendiri.

Apa yang mereka suka? Jelas, musik rock adalah genre wajib bagi kalangan mereka. Rambut yang sudah bertatan jabrik pun jadi tambah jabrik karena berjingkrak mengikuti kerasnya hentakan musik. Muisk rock, konon dimunculkan kaum terpinggirkan yang sangat ingin meluapkan 'ekspresi'-nya. Rock adalah bentuk eksistensi kalangan bawah. Mereka ingin menunjukkan sentilannya akan kebebasan terhadap kaum ekspatriat yang saat itu hanya mau menikmati sajian seriosa dan orkestra. Ada juga yang menyebut bahwa rock adalah 'Musik frustasi'.


"Now, all is different. Rock become universal. It's not just showed by one community,"

Lantas bagaimana dengan punkers saat ini? Masih identikkah dengan tato, kekerasan, dunia jalanan dan corat-coret fasilitas umum? Sebagian masih demikian, tapi tidak dengan sebagian yang lain. Pernah melihat punkers menolong seorang nenek menyeberang? Atau melihat komunitas mereka berwisata keliling Indonesia karena kekagumannya pada alam tanah air? Senang sekali pasti jika Anda berkesempatan melihat hal itu. Dan stigma negatif masyarakat pada umumnya tersebut, bagi saya hanyalah stigma. Pars prototo!!! Bukan Totem pro parte:)

No comments:

Post a Comment