Memaknai perjalanan bareng temen ataupun sendiri tentunya beda banget sih. Saat jalan bareng temen artinya kita akan berbagi dalam banyak hal, baik itu cerita, hal-hal kecil yang perlu diputuskan bersama, sesimpel mau makan apa misalnya ataupun barang yang akan kita beli juga bisa jadi panjang cerita kalau ada temennya. Tapi itu seninya jalan rame-rame, akan selalu seru!
Sejak awal bulan November ini banyak kegiatan kantor yang sifatnya jalan-jalan bareng team. Habis regional meeting, keesokan harinya kita lanjut main bareng ke taman safari, udah kayak wisata keluarga bahagia gitu, hehe. Lanjut camping bareng ala-ala survival di tepi pantai dan tidur di tenda. Seriusan, ini camping yang kita ribet bawa tenda sendiri, tidur pakai matras, tanpa ada listrik. Sumber cahaya hanya berasal dari layar handphone, senter, dan lampu camping solar cell aja. Bawa pop mie segambreng, kopi, dan aqua berliter-liter. Masaknya? Kita cuma masak air bawa kompor camping mini berbahan bakar bensin.
Dan tentu saja, kita semua jadi banyak ngobrol dan banyak cerita. Sepanjang perjalanan di mobil, sepanjang tracking, saat mendirikan tenda, menjelang tidur, mandi di pantai, semuanya nggak lepas dari ngobrol! It was really fun. Di sana kita semua yang sudah akrab jadi makin nggak karu-karuan akrabnya. Level apa tuh kalau udah akrab nggak karu-karuan? Haha
Minggu depannya, setelah balik ke Bali saya dapat kunjungan dari HO si Ardianta dan mbak Puput untuk keperluan research project. Butuh 10 sampling Mitra Ketua Arisan untuk kita visit. Okay, karena sudah sangat rutin dapat kunjungan, saya sudah sangat profesional mengatur jadwal, haha. It’s gonna be tiring, 10 orang bakal depth interview buat gali insight, belum lagi ada tambahan visit ruang berbagi di beberapa Mitra yang memang ingin sekali dikunjungi. What can I do selain memberi mereka kesempatan memang ingin bertemu tim dari HO? The show must go on gaes!
Kita bertiga menjelajah Denpasar-Badung selama 3 hari dengan motor dari satu rumah ke rumah yang lain. Sengaja cuma sekitar Denpasar-Badung aja karena kita nggak punya cukup waktu untuk melanglang buana ke seantero Bali. Entah gimana caranya saya harus dapat sample sesuai kriteria di kedua wilayah itu.
Well beneran itu rasanya tiga hari udah kayak anak jalanan. Pekerjaan saya sehari-hari saja kalau visit nggak sampai segitunya. Nah giliran kena kunjungan tim research harus segitunya banget kerjanya.
Singkat cerita energi untuk ketemu banyak orang sudah terserap habis. Weekend saya hanya memilih bobok cantik di kosan.
Mungkin sebagian orang berpikir kok bisa sih jalan-jalan sendirian? Apa nggak bingung nggak ada yang diajak ngobrol? Kalau saya sih sebenernya nggak perlu mikir kita akan kesepian saat perjalanan karena kita bisa memilih waktu kapan saja untuk berinteraksi dengan orang lain saat kita travelling.
Sama siapa biasanya saya ngobrol? With local people, dengan anak-anak kecil yang kadang dijumpai di perjalanan, dengan pemilik warung, dengan barista yang bikinin kopi pesanan kita, atau dengan sesama pelancong. Mereka akan cerita hal-hal yang saya pengen tau, ada apa aja di sini dan sekitar sini.
So, travelling sendirian bukan berarti kita nggak jadi pribadi yang open. Justru sebaliknya, saya bisa dapat banyak sudut pandang dan pengetahuan mengenai kearifan lokal. Karena nggak mungkin saya ngobrolin topik yang nggak nyambung sama mereka. Beda cerita kalau hangout sama temen kerja, eh pembahasannya pasti ada aja yang nyangkut soal kerjaan, padahal lagi jalan-jalan. What a life!
Jadi mau jalan rame-rame ataupun sendirian, buat saya tetap harus ada maknanya :)