Pages

Wednesday, April 18, 2012

Attitude


Seseorang bisa sangat dihargai karena ia menghargai orang lain. Itu harga mati! Tak bisa ditawar. Demikian halnya dengan attitude. Ia adalah cerminan diri, bagian dari cara kita bersikap terhadap diri sendiri dan orang lain.

Attitude tak terbentuk begitu saja. It’s not an instaneous reaction! But it needs a process. Bentukannya pun tergantung jalannya selama ini. Apakah ia sudah lurus sedari awal, sempat bengkok, atau sudah rapuh di awal dan tinggal menunggu patah?

Saya jadi ingat ilmu bahan konstruksi. Kalau dipikir-pikir, analoginya mirip ilmu material juga. Bedanya,  bahan itu selalu punya batas yang memang sudah tertentu kekuatannya, property-nya, dan fungsinya. Paten sudah, tak bisa ditawar lagi. Tapi attitude? Ia proses yang melekat pada makhluk dinamis, manusia. Tak punya patokan berarti meski bukan berarti tidak ada.

Ketika ada yang salah dengan attitude, apakah prosesnya ada yang salah? Bicara soal proses, di Teknik Kimia, tidak ada proses yang salah. Saat mereaksikan dua zat, hal yang memang harus terjadi ya terjadi. Ada reaksi. Apa ada yang salah dari reaksi ini? Tentu tidak, ia berjalan secara harfiah tanpa menyalahi hukum alam.

Ketika reaksi berjalan dan tidak menghasilkan produk sesuai keinginan, lantas apa yang salah? Mari merunutnya dari awal, memeriksa kondisi reaksi apakah tekanan, suhu, jenis reaktor, sintesa proses, atau mungkin katalisnya sudah memungkinkan untuk reaksi yang kita inginkan? Ketidakberesan seperti inilah yang harus kita lihat dari dalam diri yang sebenarnya luput dari pandangan.

Gratitude is a noble attitude. And the more grateful that God allowed to live in higher quality, is right. And it is true that perfection only belongs to God

No comments:

Post a Comment