Pages

Monday, January 30, 2012

Dancing and Passion


Entah kenapa saya memilih judul 'dancing and passion' untuk tulisan kali ini. Sore tadi, saya mengunjungi THR Surabaya untuk mengantar keponakan saya lomba tari. Tak dinyana, ternyata juga ada lomba dance se-kota Surabaya bagi siswa-siswi SMA.

Penasaran, saya pun duduk manis di depan Panggung Garuda. MC memanggil peserta sesuai nomor urut mereka. Dan yak, musik ajib-ajib mulai dimainkan. Remaja yang terdiri dari empat orang perempuan dan satu laki-laki mulai beraksi. Mereka membawakan dance modern. Gerakannnya enerjik, mirip boyband 2 PM di video clip Put your hands up (hehe). Tapi sayang, kadang tidak kompak. Berbalut kostum yang memang ketat, mereka meliuk-liuk dengan senonoh. Gosh, what the hell!! Seperti biasa, saya yang kebagian nonton cuma bisa nyengir dan geleng-geleng kepala, sesekali malah ikutan menggoyangkan kepala, tanda menikmati hentakan musik.

Virus ala barat seperti ini sejatinya sudah lama terjadi di Indonesia. Apakah merupakan sebuah krisis identitas?  Saya kira bukan. Semuanya tak lebih dari pengaruh globalisasi. Pertukaran arus informasi dan budaya, saat ini bukan barang mahal. Internet, televisi, semuanya berkiblat ke barat.

Sebenarnya tidak semua virus-virus dari barat berbahaya. Hanya saja memang perlu ada filter khusus agar bisa memilah dan memilih mana yang layak dan tak layak dijadikan panutan. Filternya adalah sikap dari setiap individu. Lingkungan terdekat misalnya keluarga adalah filter terampuh untuk melawan terpaan virus globalisasi.

Tak bisa dipungkiri, selain sebagai bentuk ekspresi, tarian modern semacam break dance, dan semacamnya justru membuka kesempatan bagi banyak orang untuk berkarir. Menjadi penari latar sampai koreografer sejatinya bukan hal buruk. Passion setiap orang berbeda. Setiap individu berhak memutuskan untuk menjadi seorang yang pro di bidang apa pun. So, mau berkiblat ke barat atau timur, menurut saya sama saja. Asal bisa berkarir, asal bisa berkarya, go on men!!!

No comments:

Post a Comment