Kadangkala saya enggan mengeluhkan lelah yang mendera. Tapi saat sudah berlebih, keluhan itu meluncur begitu saja. Meski sebenarnya, saya menyadari betul bahwa lelah adalah konsekuensi diri. Mau lelah atau tidak sebenarnya adalah pilihan tho? Duduk manis di rumah serta berkawan dengan kesenangan pribadi juga adalah pilihan. Bangun dengan paksa di pagi hari serta meng-off-kan diri di waktu dini hari, lagi-lagi juga pilihan. Hendak menambahkan sambal atau tidak pada mangkok bakso kita pun juga pilihan. Bukankah memang benar demikian?
Okelah kalau begitu. Sudah saya putuskan. Saya memilih lelah untuk saat ini. Bukan, bukan. Bukan lelah yang saya pilih. Tapi saya hendak melelahkan diri dulu.
No comments:
Post a Comment