Pages

Friday, September 23, 2011

Masa Kecil (1)

Foto saat saya masih SD

Hampir tiap pulang sekolah, saya menghabiskan waktu untuk bermain.  Pulang, ganti pakaian, tanpa perlu makan siang, saya meluncur bersama Dian, tetangga sekaligus teman sekelas saat Sekolah Dasar (SD). Bermain semasa masih kecil seperti tidak memiliki batasan. Tinggal di kabupaten kecil, membuat saya bisa berinteraksi dengan sawah, sungai, pohon, serta bagian-bagian alam lainnya. Menyenangkan. Meski tak jarang berbagai kejadian konyol pernah menimpa diri.

Saya kerap bermain air di sungai kecil dekat rumah. Di sungai kecil itu pula, saya pernah tercebur sampai sekujur tubuh basah kuyup. Bahkan sandal baru pembelian ibu dari pasar juga terhanyut. Saat itu saya hanya bisa menangis.

Bersama Dian saya pernah menghabiskan satu hari penuh hanya untuk mencari buah kersen. Malam minggu seperti  biasa, kami merencanakan sebuah misi untuk hari berikutnya. Kami berdua kerap terlibat diskusi untuk hal-hal konyol. Maklum, imajinasi anak-anak, lebih sering tak terjangkau nalar.

Hari Minggu yang dinanti pun tiba. Misi khusus hari itu adalah mengumpulkan kersen sebanyak-banyaknya hingga satu kresek hitam penuh. Kami berdua beraksi. Saya dan Dian sepakat memanjat pohon kersen besar dekat pasar yang di bawahnya merupakan lokasi orang berjualan buah. Pohonnya benar-benar besar karena sekitar lima pedagang buah dinaungi pohon ini. Meskipun anak perempuan, memanjat pohon tinggi merupakan hal lumrah bagi kami berdua. Urusan panjat-memanjat bukanlah hal sulit.

Destinasi berikutnya adalah pohon kersen di depan penjual arang. Alamaaak, batangnya ternyata berlumuran oli hitam pekat. Padahal sehari sebelumnya masih belum demikian. Saya curiga, jangan-jangan oli ini sengaja dipasang. Tapi tanpa pikir panjang saya panjat juga pohon itu. Perjuangannya berat. Kalau hendak membandingkan, saya mirip orang panjat pinang yang mengejar tumpukan hadiah di atas sana. Bedanya, di sini saya memanjat sendirian hendak meraih hadiah yang sangat tidak prestisius.Ya, buah kersen! Bodoh benar sudah! Hahaha.

Pengalaman masa kecil lainnya adalah tentang sawah. Kebetulan, tepat di belakang rumah adalah sawah. Pemiliknya bernama Pak Sunar, seorang petani tradisional. Kalau sudah musim tanam padi tiba, saya kerap menonton orang-orang membajak sawah menggunakan traktor. Suara mesinnya berisik. Kepingan-kepingan logam tajam di rodanya beradu dengan tanah liat berlumpur membentuk lahan berwarna coklat hingga bertekstur halus.

Di tanah yang basah itulah para wanita mulai menanam padi. Menancapkannya satu persatu sembari berjalan mundur. Tanpa ukuran eksak melainkan murni melalui insting-nya.Hebat!  Sambil duduk santai ditemani singkong rebus di sore hari, bersama ibu, saya memperhatikan mereka bekerja. Hampir di setiap musim tanam padi, saya menjadi penonton setia ibu-ibu dan bapak-bapak petani. Hal yang hingga saat ini saya anggap menarik dan lebih menyenangkan daripada menonton televisi.

Ada lagi satu pengalaman tentang sawah. Siang hari saya menemukan kulit ular yang sudah mengelupas di pematang sawah. Pematang itu merupakan jalan penghubung antara rumah saya dengan rumah Pakde. Sore hari saya menuju ke rumah beliau sendirian, hendak menemui Mas Samsul. Tujuannya apalagi kalau bukan bermain.

Tak terasa waktu sudah menjelang maghrib, saya pamit pulang. Sebenarnya Mas Samsul sempat berniat mengantarkan, tapi saya menolak, merasa gengsi, takut dikira tak berani pulang sendiri. Sampai di pematang tempat ditemukannya kulit ular tadi, tiba-tiba saya begidik, takut dan spontan menjerit. Alhasil, di sepanjang perjalanan pulang saya menangis sejadi-jadinya karena takut ada ular. Padahal saat itu saya masih belum phobia sama ular. Kalau sekarang tak usah ditanya lagi, saya phobia ular dalam bentuk 2D maupun 3D. Hiiii, ngeri dan takut saya sama hewan satu itu.

2 comments:

  1. wakakakaka... kok gag bnyak berubah ya wajahnya :)

    btw desain blognya sama kayak mb tyz ya?

    ReplyDelete
  2. gak banyak berubah ya ton? emang iya ya.. alhamdulillah:D

    soal desain: hehe, mirip2 ndak apalah, nyang penting content nya coy:))
    intensitas narsisnya gak sebanyak mb tyz koq.. hahaha

    ReplyDelete