Saya: "Kereta Gumarang sudah tiba Pak? Berapa lama lagi berangkat?"
Petugas stasiun: "Sudah siap. 10 menit lagi berangkat," ujarnya sambil tersenyum ramah.
Tik tok tik tok. Dan yak, waktu keberangkatan kereta tiba-tiba sudah tinggal 5 menit lagi. Saya dan keponakan perempuan saya yang sudah sekitar 20 menit menunggu di dekat peron masih santai saja.
Dari kejauhan saya melihat sebuah taksi biru melaju dengan sangat cepat. Wusssssh, taksi melakukan manuver, berbelok, lalu berhenti dengan (tidak) anggun di lokasi penurunan penumpang.
Empat orang keluar dengan terburu-buru, termasuk si sopir. Penumpangnya yang hanya tiga orang turun dari taksi lalu tampak (sok) sigap mengeluarkan barang-barang bawaannya. Tak ketinggalan, sebuah koper berat dari bagasi belakang juga diturunkan dengan susah payah. Menyaksikan pemandangan itu, saya hanya bergumam, "Kasihan sopir taksinya!"
Ketiganya langsung ngacir menuju peron pemeriksaan tiket. Satu orang perempuan ngacir duluan setelah mengambil kamera di tangan saya. Ia bahkan tidak menoleh sama sekali kepada petugas pemeriksa tiket. Benar-benar ngacir tanpa menoleh lagi ke belakang. Sekali lagi, menyaksikan adegan itu, saya hanya bergumam, "Kasihan petugasnya!"
Dua orang lainnya tertahan sejenak di loket pemeriksaan. Satu orang rempong dengan bawaan koper, satu lagi sibuk mengubek-ubek tas mencari tiket untuk ditunjukkan.
Lolos dari pemeriksaan tiket, salah seorang menoleh kepada saya. "Kameranya sudah?"
Saya hanya nyengir, tertawa geli, sembari berujar, "Sudah."
Itulah kejadian yang membuat saya geli, gemas, sekaligus jengkel. Mereka bertiga akan berangkat ke Jakarta, naik kereta yang di tiketnya sudah tertulis jam keberangkatannya adalah 17.10. Sudah tahu jarak ITS-Stasiun Pasar Turi jauh, kenapa masih bisa berangkat mepet-mepet? Ilmu kepepet kadang memang sakti, tapi kalau urusannya dengan jadwal keberangkatan kereta, bis, ataupun pesawat, ilmu itu tidak akan ada gunanya. Apalagi waktu keberangkatannya adalah sore hari, jam macet orang pulang ngantor pula. Lengkaplah sudah.
Beberapa menit sebelum itu, sms pertanda frustasi mampir ke hp saya.
Saya: "Gue udah di depan pintu masuk. Pada dimana ente-ente semua?"
Hoe: "Kapasan. Muter ini qaqa coz pusat kota pasti macet. Tunggu qaqa. Tanya ke petugas dong, kereta gumarang udah dateng belum? Berangkat berapa menit lagi?"
Saya: "Sudah siap. 10 menit lagi berangkat."
Hoe: "Mateng! Kamu bisa menghentikan kereta gak? Kita di Tugu Pahlawan."
(Dalam hati: emang saya punya kekuatan bisa menghentikan kereta? Imajinasi saya terbang seketika, saya akan memohon kepada pak masinis untuk menunda keberangkatan kereta demi tiga teman saya yang odong tadi. Kalaupun pak masinisnya tidak mau, saya akan beradegan bunuh diri di rel kereta api gumarang sehingga keretanya tidak jadi berangkat)
Saya: "Di Tugu Pahlawan gimana? Ini saya sudah di peron. Siapa suruh gak on time!"
Hoe: "Udah di PGS. Imaaaaaa njaluk dipangan pancen!!!!!!"
NB: Semoga bukunya laku keras di Muswil IKA Jakarta Raya ya :)
wkakakaka...
ReplyDeleteini kok malah nyebarin aibku sih? >.<