Afghanistan, negara yang tiada henti diamuk bom tiap hari, agaknya memang bukan negara tujuan para wisatawan asing. Kemelut negara ini akan perang adalah salah satu alasannya. Wisatawan mana yang mau berkunjung ke negara yang jaminan kemananannya sangat minim? Kabul, ibukota Afghanistan saja hingga kini masih sering jadi sasaran bom milik Taliban. Belum lagi, ranjau yang masih aktif bertebaran di sana- sini. Aksi penculikan warga asing oleh Taliban pun juga menjadi menu sehari-hari di Afghanistan.
Buku ini juga sukses memaparkan perpaduan peradaban dan spiritual, yang tak bisa dipungkiri masih sangat kental di Afghanistan. Diantaranya adalah tempat ziarah para penganut Syiah di Band-e-Amir sampai kota suci Mazar-e-Syarif, yang diyakini sebagai tempat dimakamkannya Ali bin Abi Thalib.
Agustinus Wibowo juga mengulas berbagai permasalahan sosial yang terjadi di negeri khaak (debu) ini. Mulai dari aliran bantuan dana dari pihak asing yang entah berujung kemana sampai arus pengungsi Afghan di kawasan Iran di daerah Islam Qala. Banyak hal yang sanggup menggugah perasaan. Bagaimana Afghanistan masih menyimpan cerita miris seputar kelaparan, keterbatasan, hingga harga diri yang dipandang rendah saat mengais rezeki di tanah orang (Iran).
Namun demikian, bagi orang-orang Afghan, negeri ber-khaak mereka adalah tetaplah sebaik-baik tempat kembali.
Khaak, kebanggaan itu bukan sekedar bulir debu biasa yang beterbangan diterpa angin
-Selimut Debu-
No comments:
Post a Comment