Ada-ada saja pengalaman belajar menyetir mobil. Karena belajarnya pakai mobil pick up, saya berasa narik seperti bapak-bapak sopir. Hahahaha
Hari pertama
Saya diusir oleh seorang bapak-bapak dari lapangan saat latihan, mirip pemain bola yang kena kartu merah. “Kalau latihan jangan di sini mas. Lapangannya nanti rusak,” teriaknya kepada kakak saya. Alhasil, turunlah saya ke jalanan untuk belajar. Jalanan lumayan sepi. Ya iyalah, jalanan desa! Sudah pasti sepi. Masuk gigi satu dan dua, lancar sudah.
Hari Kedua
Pagi-pagi saya sudah diobrak-obrak. “Buruan bangun kalau mau belajar nyetir!” suara kakak perempuan saya berdenging di telinga. Maklum, libur-libur seperti ini, hobi bangun molor mendadak kambuh, hehe.
Belajar dimulai. Jalanan tidak terlalu ramai, sama seperti hari pertama. Masuk gigi satu, dua, dan tiga, lancar-lancar saja. Dan saat sampai di perempatan lampu merah, mesin mobil mendadak mati. Bukan karena alasan teknis tapi karena saya belum terampil memainkan kopling dan gas.
Mobil berhenti mendadak. Untung tidak ada kendaraan lain di depan. Tapi di belakang? Alamaaaak, sepertinya saya membuat mobil pick up di belakang shock. Si sopir di belakang meneneriaki kami. “Ojo nggawe wong kaget mbak,” katanya kepada kakak perempuan saya yang kebetulan duduk di bak terbuka belakang.
Karena panik dan tentu saja tidak bisa mengatasi keadaan genting (alay!!), saya segera menyerahkan posisi sopir kepada kakak saya. Saat turun dari mobil, saya sempat melihat Pak Sopir pick up di belakang beserta teman-temannya tertawa. Pasti dia menertawakan saya yang menyetirnya konyol. Waduh, malunya.
Masih di hari kedua, saya menyetir untuk mengantarkan empat keponakan saya berenang. Syukurlah sampai di tujuan dengan selamat. Pulangnya, saya menyetir kembali tapi hanya separuh perjalanan. Capek juga ternyata. But it was fun:D
No comments:
Post a Comment