Pages

Thursday, February 21, 2013

Sekilas Pelatihan YICE


Ini bukan pertama kalinya saya mengenal aktivitas sosial. Tapi di Pamflet melalui Youth Iniatitive and Civic Engagement (YICE) Program adalah untuk pertama kalinya saya mengenal berbagai macam kegiatan sosial. Antara lain teman-teman yang berkecimpung di bidang pendidikan anak kurang mampu, anak berkebutuhan khusus, HIV/AIDS, HAM,  korupsi, feminisme, hingga Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender (LGBT) . Rata-rata mereka sudah memiliki wadah berupa komunitas baik itu yang diinisiasi oleh orang dewasa lalu melibatkan anak muda hingga komunitas yang memang 100% diinisiasi anak muda.

Sekitar lima hari berinteraksi dan menjalin kedekatan dengan mereka, membuat saya belajar bahwa masih banyak sekali pekerjaan rumah yang seharusnya diselesaikan pemerintah. Anak-anak muda yang mungkin lelah menyandarkan harapan perubahan pada pemerintah mulai menginisiasi perubahan sendiri. Kecil, perlahan, tapi pasti.

Pada pelatihan ini, berbagai bahasan disampaikan dengan ringan setelah di awal terlebih dahulu dilakukan games sebagai stimulus. Lepas permainan, digelar diskusi. Di diskusi itu pula, kami mulai mengurai dan menganalisa sedikit demi sedikit fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Lantas merefleksikannya dalam lingkup yang lebih kecil, salah satunya melalui organisasi kita masing-masing.

Mengapa perubahan sosial menjadi sangat perlu? Sebagai anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (United Nations), Indonesia adalah salah satu dari 192 negara yang bersepakat untuk bersama-sama berusaha mencapai delapan goal pada tahun 2015 yang dikenal sebagai Millenium Development Goals (MDGs). Seperti diketahui bersama, delapan obyektif yang dimaksud masing‐masing adalah: (i) menghapuskan kemiskinan yang ekstrim dan kelaparan; (ii) memenuhi kebutuhan pendidikan dasar; (iii) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; (iv) mengurangi angka kematian anak; (v) meningkatan kualitas kesehatan ibu; (vi) memberantas HIV/AIDS, malaria, dan beragam penyakit lainnya; (vii) menjamin keberlanjutan lingkungan hidup; dan (viii) mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Pada tahun 2015, idealnya Indonesia sudah menyelesaikan delapan masalah tersebut. Namun seperti kita ketahui bersama, agaknya memang sulit. Karena itulah inisiasi anak muda untuk membuat perubahan di lingkungan sekitarnya menjadi sangat penting.

Tak melulu menganalisa, kami juga mempelajari bagaimana harusnya membuat action plan yang SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic, Timebound).  Kelima kunci itulah yang akan kita gunakan sebagai dasar pembuatan proposal apapun, termasuk proposal action plan. Tapi action plan yang bagus saja tidak cukup, juga diperlukan networking dan resource mobilization. Berjejaring menjadi sangat penting untuk memperkuat komunitas/organisasi secara eksternal. Untuk internal bisa dengan memberdayakan resource, dalam hal ini tidak melulu berarti fund raising, karena bisa juga berupa non financial resource seperti volunteer.

Pada pelatihan ini semua peserta merupakan anak muda. Tentu tak lengkap jika selama pelatihan tidak disinggung sama sekali mengenai sejarah anak muda. Hal ini penting untuk mengetahui betapa besarnya peran pemuda sebagai agen perubahan sejak zaman sebelum kemerdekaan hingga pasca reformasi. Di sesi ini juga dibahas relevansi definisi pemuda yang sudah ada di Indonesia.

Sebagai agen perubahan, anak muda juga dikenalkan mengenai aktivisme, termasuk di dalamnya ada kajian terkait isu HAM, gender dan diskriminasi. Anak muda juga dikenalkan pada advokasi kebijakan. Presentasi dari Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia (PSHK) menyebutkan terdapat berbagai cara untuk melakukan advokasi.  Salah satunya bisa melalui media sosial seperti penulisan petisi atau penggalangan dukungan massa melalui jejaring sosial.

Selain penyajian materi langsung dari pembicara, kami juga diajak mengunjungi Sanggar Anak Akar yang sudah berdiri selama 18 tahun. Pada hari ke-empat, kami turut melakukan audiensi dengan pemangku kebijakan publik untuk mengkaji undang-undang tentang pemuda. Di hari itu pula kami melakukan group discussion mengenai perubahan apa yang paling perlu dicapai Indonesia dengan menganalisa penyebabnya lalu memberikan rekomendasi solusi atas permasalahan tersebut. Hasil dari diskusi nantinya akan dijadikan bahan rekomendasi pada pertemuan pemuda di Bali di post 2015 yang akan digelar Maret 2013 mendatang.

Thursday, February 7, 2013

Seni Pulang Kampung


Bejubel di dalam bis ekonomi dengan ransel berisi laptop adalah seninya mahasiswa pulang kampung. Rindu kampung halaman memang bisa mengalahkan segala hal. Termasuk ber-stand up ria (tanpa komedi) di dalam kendaraan umum. Biasanya momen pulang kampung ini terjadi saat weekend, libur tanggal merah, hari kecepit nasional, dan yang jelas adalah saat libur hari raya.

Bagi mereka yang menempuh perjalanan dengan kereta pun tak kalah sigap mempersiapkan diri saat hendak menuju kampung halaman. Perburuan tiket dimulai sejak jauh-jauh hari demi mendapatkan kursi 'incaran' ala mahasiswa. Pun demikian halnya dengan rekan-rekan yang nun jauh berasal dari luar pulau Jawa. Fiksasi jadwal keberangkatan mutlak dipikirkan matang-matang lantaran risiko yang ditanggung akibat pulkam juga sangat besar.  Tak ayal, urusan akademik hingga organisasi diorganisir sedemikian rupa sehingga dapat menentramkan hati, ups maksudnya sehingga dapat pulang kampung dengan tenang. Salah-salah perhitungan, bisa kacau tiket seharga sekian ratus ribu di tangan.

Well, selain tiga transportasi umum di atas, beberapa mahasiswa  juga menempuh perjalanannya menuju kampung halaman dengan motor. Kalau kendaraan satu ini modalnya hanya dua jenis bensin. Bensin jenis pertama adalah bensin murni buat motor. Bensin kedua adalah bensin sintetik khusus untuk pengendara motornya. Dari segi keuangan, sudah jelas gak akan berat di ongkos lah karena pertama: itu motor disetiri sendiri, kedua: ongkos dua jenis bensin tadi juga tidak mahal-mahal amat.

Pulang kampung naik apapun, punya seninya masing-masing. Namanya saja mahasiswa, diam-diam juga pasti menyimpan kerinduan pada kampung halamannya.

Saat hendak menuju kampung halaman minggu lalu mengendarai bis, saya duduk bersama seorang wanita bernama Mbok Darmi. Di perjumpaan itu, saya mendapatinya hampir menangis. Entah apa yang membebani pikiran wanita asal Nganjuk itu.

Percakapan dengannya dimulai lewat sebuah pertanyaan sederhana, "Mbak mau ke mana?" Hanya satu jawaban keluar dari mulut saya , lepas itu Mbok Darmi merangkai ceritanya satu per satu, membaginya kepada saya.

Mbok Darmi adalah potret 'wanita karir'. Hanya saja level karir yang dijajakinya adalah level pembantu rumah tangga. Berdasarkan penuturannya, saya kira Mbok Darmi adalah wanita desa yang terlampau polos. Bagaimana tidak, untuk naik bis Nganjuk-Surabaya sendirian saja ia masih sangat was-was dan takut. Pernah sekali ia kebablasan turun karena bis tidak berhenti di terminal, alhasil Mbok Darmi panik setengah mati.

Ia menuturkan kepulangannya kali ini adalah karena ibunya sakit dan sudah opname. Ia bersyukur karena majikannya yang seorang dokter gigi dengan baik hati mengijinkannya pulang. Tak hanya itu, sang majikan bahkan memberinya uang saku untuk pulang kampung. Mbok Darmi pun menanyakan apakah uang itu sudah dipotongkan dari gaji bulanannya. "Bukan Mbok, itu bukan gaji yang dipotong. Mbok Darmi cepetan balik ya, nanti anak-anak bingung kalau tidak ada yang menjaga," tuturnya menirukan ucapan sang majikan. Tak henti ia mengucap syukur atas rezeki yang didapatkannya itu. Tentu bukan hanya rezeki berupa materi melainkan rezeki karena dapat bekerja pada keluarga yang murah hati. Sesekali ia tertawa saat menceritakan beberapa kejadian lucu dan menyenangkan yang dialaminya bersama keluarga majikannya tersebut. Melihatnya tertawa, saya turut senang. Setidaknya Mbok Darmi yang sudah bisa tersenyum, melupakan kekhawatirannya sejenak akan ibunya. Secuil cerita yang mengisi perjalanan itu membuat saya bersyukur. Bersyukur atas banyak hal yang saya miliki hingga saat ini.

Tuesday, February 5, 2013

Morning!

Morning brownies and coffee
Good morning every body!
Let's seize the day!
I have a lot things to do today. What about you? :)