Pages

Wednesday, September 26, 2012

Sepasang Sepatu Ipin


Ada apakah gerangan dengan sepasang sepatu Ipin? Saya sendiri sebenarnya agak geli menggunakan judul ini. Tapi kalau dikaitkan dengan kejadian buka bersama alumni pada malam Minggu (12/8), tentu ada hubungannya.

Sore itu saya, Azizah, Giar, Tambun, Ipin, dan Fikri janjian untuk keluar bareng mengunjungi alumni ITS di Pertamina Plaju. Niatnya sih si Giar sama Tambun mau sekalian pamit, karena masa kerja praktek (KP) mereka akan berakhir. Kalau si Ipin dan Fikri sengaja ikut karena pengen kenal sama alumni. Mereka berdua nggak KP di Pertamina, tapi KP di tetangga sebelah, seberang Sungai Musi, PT Pusri. Nah kalo saya sama Azizah, ikut karena emang pengen ikut aja. Niatnya silaturahmi.

Rumah pertama yang kami kunjungi adalah rumah Pak Andi Prihandono. Beliau K32. Karena keterbatasan motor (cuma ada 2) jadilah kami diangkut 2x. Saya Saya dan Azizah diangkut duluan. Pas tiba di depan rumahnya Pak Andi, dua anjing peliharaannya sudah menanti. Yang satu berwarna cokelat ukurannya gede jenis anjing yang mirip di film-film gitu, yang biasanya suka main basket. Satunya lagi anjing kampung. Keduanya lagi digiring sama mbak pembantu buat nge-pup di luar. "Pencet belnya saja mbak, nanti ibu keluar," ujarnya menyambut kami.

Satu kali dipencet terdengar gonggongan anjing tapi entah dari mana asalnya. Dua kali dan tiga kali bel dipencet, ada anjing besar berwarna putih tiba-tiba muncul dan menggonggong di jendela. Spontan bikin kaget. Setelah diamat-amati ternyata jenisnya sama dengan yang cokelat tadi (bukan anjing kampung).

Saya pribadi agak phobia sama anjing, kalau nggak takut dikejar ya takut digigit. Tapi melihat anjing yang besar hampir seukuran kambing, bulunya bersih, dan terawat ada di hadapan saya, sebenernya gemes juga. Eh, ujung-ujungnya, ternyata phobia saya lebih dominan.

Karena pintu tak kunjung dibuka, jadilah saya dan Azizah duduk di teras saja. Melihat kami belum masuk, mbak pembantu tadi kembali ke rumah setelah menyelesaikan tugasnya. Tiba-tiba saat mendekati kami, anjing berwarna cokelat tadi menggonggong dan langsung melompat ke arah Azizah. Saya menjerit karena panik dan takut. Mbak pembantu yang memegangi tali, saya lihat berusaha sekuat tenaga menarik mundur anjing anjing jinak itu. OMG, bisa copot jantung saya kalau itu anjing lari ke arah saya.

Insiden sepersekian detik itu berakhir setelah si anjing berhasil dimasukkan ke dalam rumah. Beberapa saat setelah itu, Tambun, Giar, Ipin, dan Fikri datang. Bersamaan dengan itu pula, pintu rumah dibuka oleh istri Pak Andi. Beliau menyambut kami dengan senyum keramahan.

Banyak hal yang kami perbincangkan kala itu. Mulai dari cerita nostalgia Pak Andi saat kuliah di Tekkim, cerita perjalanan karir beliau sampai interogasi apakah di antara kami sudah ada yang punya 'calon'. Weew, mix stories! Saat ditanya poin terakhir, Fikri dengan spontan mengatakan, "Baru saja lepas Pak." Kami semua justru tertawa seolah tidak mengerti betapa beratnya penderitaan lelaki asal Jember itu.

Tanpa terasa, waktu berbuka tiba. Kami dijamu dengan beragam menu. Pempek tentu saja wajib ada. Usai berbuka kami pamit mengingat waktu sholat maghrib begitu pendek.

Saat hendak mengambil sandal, Ipin kesulitan menemukan sepatunya. Di antara kami, memang hanya dia yang mengenakan sepatu. "Kemana-mana Ipin memang harus stylish rekk," celetuk Fikri.

Kami semua menimpalinya dengan tawa. Hanya dia yang mengenakan sepatu dan sepatu itu hilang. Misteri hilangnya sepatu Ipin agaknya jadi merepotkan tuan rumah. Saya lihat Pak Andi dan istrinya kebingungan. Akhirnya, beliau meminjami (atau memberi? saya lupa) sandal ke Ipin. Hal itu bisa dimaklumi. Saya juga tidak membayangkan saat ada orang bertamu ke rumah lalu kehilangan sandalnya.

Kemungkinan sepatu Ipin hilang dikarenakan dua hal. Pertama, bisa jadi dicuri orang. Kedua, bisa juga karena ulah si anjing yang nakal. Tak berapa lama, mbak pembantu yang mencari di semak-semak menemukan sepatu Ipin dalam keadaan basah. Yak, ternyata si anjing kampung lah pelakunya. Setelah puas menggigit itu sepatu, rupanya ia juga mencelupkannya ke dalam air. Kejadian itu membuat kami geli. Geli karena hanya sepatu Ipin saja yang jadi korbannya. Padahal di situ juga ada banyak sandal. Semoga si anjing tidak memilih sepatu itu karena faktor x. Mari berpikir positif, kali aja dia emang ngefans sama (sepatunya) Ipin.. hehehe:D