Pages

Saturday, February 18, 2012

PerDJOEANGan untuk Memoar

Mungkin selama seminggu ini (atau lebih?) saya tidak akan menulis di blog. Padahal hutang tulisan di sini masih banyak. Beberapa catatan selama liburan juga belum tuntas saya tulis. Diantaranya:

#Edisi Jogjakarta
#Trip to Oslo (2) dan (3)
#House of Sampoerna
#Delapan Menit Bersama Rosihan Anwar
#SKS

*planning desain cover

Maaf, karena energi yang ada, sementara waktu harus saya alihkan untuk satu hal. Menulis buku memoar. Sebuah buku yang selama proses wawancara sampai penulisan benar-benar memerlukan perjuangan bersama Tim Djoeang. Semoga nantinya, buku ini segera selesai dan bisa kami persembahkan bagi kampus perjuangan tercinta.

Wednesday, February 15, 2012

Atur Waktu

"Oke. besok ketemu jam satu siang ya."

Nyatanya siang itu, saya menemuinya sekitar pukul 11 kurang. Tak apalah, toh manusia selalu fleksibel. Selama tidak ada yang dikorbankan, fleksibilitas sah sah saja dilakukan. Demikian pula dengan prinsip teman yang barusan saya temui ini. "Fleksibel saja!" ujarnya enteng.

Saya sengaja mengajaknya bertemu untuk sekedar sharing. Hanya saja kali ini lain, bukan untuk urusan kuliah karena perkuliahan baru saja dimulai. Jujur, saya menaruh kagum padanya. Ia dengan seabrek kesibukan mampu mengatur waktunya dengan baik. Sementara saya? (hmmmm....)

Maklum, belakangan saya merasa perlu menata ulang gaya hidup yang 'asal-asalan'. Daripada tersesat (hehe), bertanya kepada orang yang sudah berhasil adalah salah satu cara yang harus ditempuh.

Beberapa poin yang saya tangkap hasil percakapan kilat dengannya antara lain:
#Harus tidur maksimal pukul 22.30
#Bangun lebih awal 03.00 : mandi, sholat tahajud, mengaji, atau mengerjakan tugas sembari menanti waktu shubuh
#lepas sholat shubuh: olahraga, persiapan ke kampus (say no to 'molor' habis shubuhan)
#ngampus: maksimalkan waktu kuliah 100%
#resep khusus saat kuliah: duduk di deretan bangku depan.
alasannya: transfer ilmu cepat, dihafal dosen, sungkan kalau mau ngantuk (#eeeaaaa)

*waktu untuk ngerjakan tugas kapan?
karena semester ini tidak ada kuliah malam, tugas dikerjakan malam hari sebelum waktu tidur.
*praktikum?
kerjakan bareng-bareng dengan partner praktikum. waktunya? fleksibel.
*quiz?
rajin latihan soal.
*ibadah?
sholat wajib, sunnah, dan amalan-amalan lainnya dijaga.

Is it simple? Tentu saja tidak. Meski tidak, bukan berarti tidak mungkin kan? :))

Tuesday, February 14, 2012

Haruskah Merasa Bersalah?

Kadang saya merasa aneh saat bersantai ria di mall. Saya memang rutin ke mall, itupun karena bertugas mengantar kakak perempuan untuk belanja bulanan. Setiap selesai berbelanja, kakak selalu mentraktir, entah itu hanya secangkir cokelat panas atau sekedar makan malam untuk mengisi perut. Harga makanan atau minuman itu  tidak bisa dikatakan murah, paling tidak untuk ukuran mahasiswa (untuk kantong mahasiswa, sepertinya semua hal mahal..hehe).

Seperti biasa, kami memanfaatkan waktu santai untuk ngobrol. Kesempatan seperti itu menjadi momen untuk mendekatkan diri satu sama lain.

Kadangkala terbersit rasa bersalah dalam pikiran. Membayangkan mereka yang tidak seberuntung saya. Nun jauh di sana, ada orang-orang kelaparan.

Haruskah saya merasa bersalah menikmati secangkir cokelat panas?
Entah, kadangkala perasaan itu terlintas begitu saja.

Monday, February 13, 2012

Lucky?

Siapapun tidak pernah bisa memilih akan dilahirkan di lingkungan seperti apa. Ada yang bilang, mendapatkan keluarga itu ibarat kocokan arisan yang memang berada di luar kendali. Ya, hanya Tuhan yang berhak menentukan kita akan terlahir di keluarga seperti apa. Kaya, miskin, baik, buruk, adalah takdir yang harus kita terima di awal.

Takdir. Tak bisa dipungkiri, memang sudah menjadi ketentuan. Sementara keberuntungan? Keberuntungan bukan cuma soal takdir. Tapi ia harus diusahakan. Karena keberuntungan tidak ada yang kebetulan.

Terlepas dari semua itu, saya hanya ingin menyederhanakannya menjadi satu titik. Titik dimana kita harus bisa menerima sekaligus mensyukurinya. Tentunya, di samping mengusahakannya ke arah yang lebih baik.

Miss It

Saya melewatkan momen maulud bersama keluarga di tahun ini. Biasanya tidak pernah absen barang sekali. Yaaaaah, dasar mahasiswa! So(k) sibuk!

Architecture-Kraton Surakarta



 








Trip to Oslo (1)





Saya, Iis, Mbet, dan Deksar merencanakan berangkat pagi-pagi buta dari Magetan (tepatnya rumah saya yang dijadikan basecamp menginap) menuju Maospati. Namun rencana tinggallah rencana. Deksar yang sudah bangun duluan pukul 04.00 nyatanya tidak langsung sholat, malah online sejenak kemudian memilih tidur lagi karena lampu mati. Jadilah kami sholat shubuh sekitar pukul 05.00.

Bangun pukul 05.00 artinya sekitar satu jam berikutnya kami baru berangkat. Kakak saya mengantar kami berempat menuju Terminal Maospati. Sialnya, kami baru mendapat bis Mira sekitar setengah jam berikutnya.

Perjalanan yang kami estimasikan berlangsung sekitar dua jam nyatanya meleset. Apalagi kalau bukan karena timing yang tidak tepat. Jam-jam pagi adalah waktunya orang ngantor, anak-anak pada berangkat sekolah, ibu-ibu ke pasar (hlo?).

Pukul 10.00 pagi kami baru tiba di Solo. Turun di depan kampus UNS dengan hanya modal bonek dan nanya sana-sini.

Perut sejak di bis tadi sudah keroncongan minta diisi. Sebuah warung makan bertuliskan 'Ada Toilet' menjadi pilihan kami. Kenapa harus mencari warung dengan kriteria seperti itu, kalian pasti sudah tahu alasannya.. hehe

Menu yang kami pesan pagi itu Soto Ayam, Nasi Goreng, dan Nasi Pecel. Rasanya? Maknyusss!!! Apa saja enak di lidah karena benar-benar lapar. Endingnya, lepas sarapan kami menanyai pemilik warung soal transportasi ke arah kraton. Dan yaaak, petualangan dimulai!

Sunday, February 12, 2012

Beda


Cara untuk melakukan perbaikan itu tidak harus selalu sama. Jujur saja, saya lebih menyukai perbedaan, meski  kesamaan sejatinya bukanlah hal buruk. Perbedaan, selama masih membaikkan, tidak apa-apa bukan? (*menguatkan diri sendiri)

Setiap individu berkarakter. Setiap orang punya cara masing-masing. Cara berbicara, tersenyum, berjalan, bahkan sampai cara menyikapi masalah pun berbeda.  Ya, manusia mana yang tak pernah dirundung masalah? Kita semua pasti mengalaminya.

Hal terpenting selama menghadapi masalah adalah bagaimana kita mampu menyikapinya dengan bijak. Ya, harus bijak! Tak ada pilihan lain. Jika tidak, penyesalan siap menanti di penghujung waktu.

Ketika harus menghadapi sesuatu di luar kehendak, saya harus bersabar. Harus senantiasa ingat bahwa emosi, diakui atau tidak, sedikit banyak mengalahkan logika. Bagi saya, menjadi rasional sepertinya memang sudah tuntutan. Mengambil keputusan pun juga harus berLOGIKA.

#Teruntuk emosi, sepertinya Anda tidak akan terlalu sering dipakai. Eits, bukan berarti ‘tak’ dipakai. Bagaimanapun, saya tetaplah perempuan biasa.

Banyak Hal

Banyak hal yang ingin saya bagi. Banyak hal yang ingin saya tulis. Banyak hal yang ingin saya kerjakan. Semoga bukan hanya sebatas ingin. Saya cuma butuh satu hal. Action!!!

Monday, February 6, 2012

Fresh Holiday with Kwaci (4)

Lepas dari jalan tembus, kami sepakat mampir ke warung untuk mengisi perut. Menu mie panas dan wedang jahe hangat, agaknya cukup ampuh menangkal hawa dingin siang itu.



Bekisar Merah


Bekisar merah dilukiskan Ahmad Tohari sebagai sosok Lasi, kembang desa di Karangsoja, sebuah kawasan yang hampir seluruh penduduknya bermatapencaharian sebagai petani nira. Lantas kenapa harus bekisar? Bekisar adalah unggas hasil perkawinan silang ayam kampung dan ayam hutan, biasa menjadi hiasan di rumah orang-orang kaya. Lasi adalah gadis blasteran Jawa-Jepang. Ayah Lasi adalah bekas serdadu Jepang.

Dalam novel ini, Ahmad Tohari menggambarkan tokoh Lasi sebagai korban atas 'penyelewengan' suaminya, Darsa yang juga petani nira. Konflik rumah tangga, tak ayal membuat Lasi bingung harus berbuat apa. Merasa menjadi bahan omongan negatif di desa, ia pun memutuskan pergi ke Jakarta.

Jakarta adalah jalan yang sebenarnya tidak menjadi tujuan bagi Lasi. Apalagi sampai hendak menetap di kota metropolitan itu, sama sekali tak ada pikiran ke arah sana. Kegalauan masalah rumah tangga lah yang membuatnya tak mampu berpikir lagi. Ia pun terbawa dalam kemewahan kota melalui pernikahannya dengan Pak Han, lelaki tua kaya raya. Dalam pernikahan itu, Lasi merasa hanya menjadi bekisar bagi direktur perusahaan pemerintah tersebut.

Tokoh Kanjat, pemuda desa yang tengah menempuh skripsi agaknya memperkaya penokohan novelis  asal Banyumas ini. Ia terlahir sebagai bagian dari para petani nira (ayah Kanjat adalah pengepul gula). Berbagai kesulitan hidup wong cilik, turut disisipkan malalui pergolakan hati dan pemikiran pemuda satu ini. Selain menghadirkan permasalahan sosial, novel setebal 309 halaman ini juga kaya akan deskripsi pedesaan. Rasa-rasanya, saya mulai mengenal gaya pendeskripsian ala Ahmad Tohari. Ya, selalu identik di semua tulisannya.

Berorganisasi=Proses

PRC 2011/2012 Himatekk ITS

Berorganisasi juga berarti bekerja bersama banyak orang. Orang-orang di sini, mereka semua memiliki satu visi, kesamaan keinginan dan tujuan. Postif? Sudah pasti! Hanya saja permasalahannya, kadang kala memang  timbul gesekan di sana-sini. Bukan masalah besar, karena sejatinya di manapun hal itu akan selalu ada.

Organisasi, sekalipun memiliki satu visi dan arah jelas dalam mencapai tujuan, tak lepas dari keragaman personilnya, baik kultur, sifat, pola pikir, cara pandang, hingga idealisme. Kompleks! Karena itulah organisasi didapuk sebagai tempat orang-orang dengan keberagaman tadi berproses.

Proses untuk apa? Untuk meng-upgrade diri menjadi pribadi yang lebih matang, untuk bisa lebih menghargai orang lain, untuk mencoba mendengar dalam setiap kesempatan selama diskusi, untuk mencoba memahami arti bekerja dalam tim, untuk, untuk, dan untuk.

Jika hendak disimpulkan, berorganisasi adalah proses untuk kita pribadi.  Proses belajar lebih tepatnya. Ketika bangku kuliah tidak menyediakan cukup tempat untuk melatih mental, kecakapan, dan kemampuan kita di luar dunia akademik maka organisasi adalah jawabannya.

Saat mengalami gesekan maka sudah seharusnya kita bisa me-manage serta ,memposisikan diri dengan sebaik-baiknya. Kembali pada perenungan bahwa  gesekan, ibarat kumparan dinamo, meski kian lama kian panas, energi yang ditimbulkannya dapat dikonversi menjadi sebuah gerak. Gerak ini tadi menimbulkan movement alias perpindahan.  Perpindahan dari apa ke apa? Perpindahan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.  Seperti itulah berorganisasi.