Pages

Sunday, June 26, 2011

Semarak Bumi Blambangan 2011

Saya sengaja meluangkan waktu nonton gelar seni daerah Banyuwangi di Cak Durasim, Surabaya. Iseng-iseng saja sebenarnya, untuk keperluan belajar jeprat-jepret. Karena merupakan pagelaran seni budaya maka performance malam itu lebih banyak berupa tari dan nyanyi. Ada juga ludruk dengan lakon Minak Jinggo Nagih Janji.

Berikut adalah hasil jepretan fotografer amatir seperti saya.

Dua tarian pembuka sebelum acara dimulai 


Blambangan: Abdi Prabu Minak Jinggo


Wajah Minak Jinggo seperti raksasa


Ratu Ayu Kencono Wungu dari Majapahit yang dikisahkan menolak diperistri Minakjinggo


Adegan saat Logender menerima utusan Minak Jinggo
Adegan Pertempuran antara Utusan Minak Jinggo dengan Pihak Majapahit

Jujur, saya kesengsem sama make-up serta adegan fighting mereka. Woooow, energic!!!

Saturday, June 25, 2011

Wejangan Romo Kyai Asrori

Suasana haul
Saya mungkin tidak mengenyam pondok pesantren salaf sama sekali. Tapi kebiasaan mengikuti haul akbar sejak kecil yang ditanamkan kedua orang tua sepertinya benar-benar membekas. Ketika saya sudah cukup besar dan harus duduk berjam-jam di majelis semacam itu, rasanya berbeda, sungguh-sungguh menentramkan hati. Pada akhirnya, selalu berujung kerinduan untuk menghadirinya kembali. Lebih sering keluarga saya menghadiri haul akbar di Ponpes Al-Khidmah Kedinding Lor Surabaya. Pernah kami sekeluarga menghadiri haul Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani hingga Pekalongan, serta haul Siti Khadijah di Demak. Orang tua saya bilang, “Kalau ada rezeki kenapa tidak?” Maksudnya, tidak apa-apa mengeluarkan sedikit lebih banyak biaya untuk melakukan hal baik. Toh, investasi kan tidak melulu saham milyaran rupiah.

Romo Kyai Asrori
Di bagian akhir haul, selalu ada wejangan dari Romo Kyai Asrori Al-Ishaqi. Saya masih ingat betul haul akbar di Kedinding Lor yang beliau pimpin terakhir kali. Maklum, kondisi fisik yang tidak mendukung seharusnya sudah melarang beliau untuk beraktivitas berat. Namun demi murid-muridnya, beliau rela mengesampingkan semua itu. Subhanallah.

Ketika mendengarnya menangis, mendoakan kami semua para muridnya, tak sanggup rasanya saya menahan air mata. Beliau mengungkapkan betapa mulianya ketika kita menghadiri majelis dzikir yang dihadiri ribuan jamaah seperti ini. Beliau mengatakan, bahwa sejatinya seketika itu juga turut hadir diantara kami semua, Rasulullah SAW, tengah melihat kami memanjatkan sholawat atasnya. Subhanallah.

Saya masih mengingat dengan jelas ketika beliau mengingatkan kami agar memperbaiki amalan dan sikap, karena keduanya sanggup membuat seorang guru tersenyum.  Masya Allah, sudahkah selama ini para guru tersenyum oleh amalan dan sikap kami?

Romo Kyai juga mewanti-wanti kami agar istiqomah dan tumakninah menghadiri majelis dzikir. Beliau  meminta kami agar senantiasa meneruskan kebiasaan tersebut kepada keturunan. Menghadiri haul itu ibarat menyimpan sekotak cahaya. Saat haul, kita semua melatunkan sholawat, pujian, serta doa, termasuk doa kepada kedua orang tua. “Ketika saya mendoakan orang tua, saya panjatkan sungguh-sungguh kepada Allah, karena yang saya doakan bukan orang tua saya saja, tapi seluruh yang hadir di sini baik itu yang sudah meninggal ataupun tidak,” ujarnya kepada kami.  Seketika itu pula saya terdiam. Subhanallah. Hati ini tergetar dan mata serasa berat menahan genangan air mata.

Menghadiri haul itu ibarat mengumpulkan kotak berisi cahaya. Ketika nanti hari kiamat tiba dan kita dibangkitkan maka kotak itu akan diberikan kepada kita dengan cahaya memancar dari dalamnya. Anak-anak kita-lah yang akan mempersembahkannya kepada kita, para orang tua.

Duh Gusti, paringono dalan ingkang jembar lan padhang marang kawula menika. Mugi-mugi tansah lurus dan dipunparingi ngapura sakathahing kalepatan.

Tak Lupa Kodrat Dibalik Ketangguhan Memimpin

Sri Sutantinah merupakan salah satu sosok alumni wanita terbaik yang dimiliki ITS. Dalam kesehariannya, Tantin, demikian sapaan akrabnya, dikenal sebagai pribadi santai dan ramah. Alumni Teknik Sipil ITS angkatan 1978 ini menyimpan sejuta prestasi sukses dalam karirnya. Saat ini Tanting tengah menjabat sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) kota Balikpapan yang telah dijalaninya sejak tahun 2005 lalu.

Dunia yang ditekuninya kini memang identik dengan profesi kaum Adam. Diakui Tantin bahwa 90 persen stafnya adalah laki-laki. Namun wanita penghobi olahraga ini memiliki tips tersendiri menghadapi lingkungan kerja yang didominasi kaum laki-laki tersebut.

“Minoritas bukan menjadi masalah, yang terpenting tidak melupakan kodrat sebagai wanita, lebih-lebih kodrat sebagai seorang ibu,” ujar Tantin. “Dalam memimpin, saya hanya memegang dua prinsip yaitu tetap tunduk pada aturan dan yakin selama masih berada di jalur yang benar,” paparnya.

Totalitas kerja wanita satu ini tak berakhir sia-sia. Berbagai penghargaan diraih kota Balikpapan dalam berbagai kategori tingkat nasional. Salah satunya, Balikpapan berhasil menyabet peringkat kedua untuk kategori kota besar dalam Penghargaan Penilaian Kinerja Pemerintah DPU (PKPD-PU) Award 2009.

Ibu tiga anak ini lulus dari Teknik Sipil ITS tahun 1984. Ia memulai perkenalannya dengan kota Balikpapan ketika sang suami, Tonny Sarwono memboyongnya kesana karena alasan pekerjaan. Tonny sendiri saat itu bekerja di PT Clumberger Kalimantan Timur (Kaltim).

Sedangkan karir Tantin sendiri bermula dari sebuah tawaran mengajar di Universitas Balikpapan. “Menjadi beban moral bagi saya ketika melihat semangat mahasiswa kepingin belajar tinggi tapi dosennya nggak ada, ” terang wanita yang pernah menjadi Dekan Fakultas Teknik Universitas Balikpapan tersebut. Itulah sumbangsih pertama Tantin untuk kota Balikpapan. Bukan itu saja, ia juga berhasil meluluskan mahasiswanya mengikuti ujian negara untuk pertama kalinya.

Di sela-sela kesibukan mengajar, sekitar tahun 1987 coba ditekuninya dunia jurnalistik pertelevisian. “Saya ingin mencoba bidang lain karena banyak hal yang bisa dipelajari, terutama komunikasi,” paparnya. Kurang lebih satu tahun lamanya,  Tantin menekuni profesi sebagai penyiar dan reporter TVRI Kaltim.

Akhirnya di awal tahun 1990, mengabdikan diri sebagai PNS menjadi pelabuhan terakhir karir yang dipilih Tantin. Selama empat tahun, ia menjabat Staf Dinas Tata Kota Balikpapan. Tahun berikutnya ia dimutasi ke DPU dengan jabatan sebagai Kasubsi Administrasi Teknis hingga akhirnya dipercaya menjadi Kepala Seksi PT Bina Marga selama dua tahun.

Karir yang ditempuh wanita satu ini tak pernah berhenti di satu titik. Semua tak lepas dari profesionalisme kerja yang didedikasikannya. “Harus lebih baik, lebih cepat beradaptasi dari yang lain, dan tidak berhenti belajar, ” terang wanita yang hobi membaca ini.

Di tahun 1998, penggemar tenis meja ini ditunjuk sebagai Kepala Bidang Fisik dan Prasarana di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) kota Balikpapan, jabatan yang terbilang langka ditempati oleh seorang wanita. Profesi tersebut dijalaninya kurang lebih tujuh tahun.

Sempat Dituduh Korupsi

Meraih karir hingga posisi sekarang diakui Tantin bukan hal yang mudah. Tepatnya tahun 2007 silam, Tantin sempat dirundung cobaan berat kala menapaki tangga karirnya yaitu saat Kaltim ditunjuk menjadi tuan rumah PON XVII. Selaku Kepala DPU, Tantin bertugas menyiapkan pembangunan venues olahraga di Balikpapan yang menelan anggaran hingga ratusan milyar rupiah tersebut.

Nominal anggaran yang demikian besar jumlahnya memicu kecurigaan berbagai kalangan. Hingga menyeret nama Tantin pada dugaan kasus korupsi yang dilaporkan ke KPK, POLDA Kaltim, dan Kejaksaan.

Setahun lamanya, Tantin bergulat dengan pemeriksaan kepolisian hingga hujatan media dalam kesehariannya.  Namun di satu sisi ia masih tetap fokus pada proyek penyediaan venues olahraga yang menjadi tanggungjawabnya. “Saya harus tetap memprioritaskan pekerjaan,” terang Tantin.

Setelah sekian lama diproses, sedikit demi sedikit muncul lah wajah kebenaran yang diharapkan. Pemeriksaan kepolisian tidak menemukan sedikit pun bukti bahwa Tantin melakukan korupsi. “Kesabaran dan dukungan keluarga membuat saya mampu bertahan hingga akhir,” ujar wanita kelahiran 1958 ini.

Bangun Pagi, Membungkus Kue

Kesuksesan yang diraih Tantin tak lepas dari peran sosok ibu yang sangat dikaguminya. ”Ibu adalah orang yang paling menginspirasi,’ terang Tantin.

Sebagai anak keenam dari delapan bersaudara, bukan hal mudah bagi seorang Tantin terus bertahan mengenyam pendidikan. Ayahnya, Sumantri Prawiro Kusumo, adalah seaorang wedana (pembantu bupati). Dan sang ibu Ngatmini adalah seorang PNS sebuah kepolisian.

Keterbatasan itu muncul kala sang ayah meninggal. Saat itu Tantin tengah duduk di kelas tiga bangku SMP. “Seminggu setelah kepergian ayah, ibu mengumpulkan kami,” kenang Tantin. “Pensiunan ayah dan gaji ibu ternyata tidak cukup membiayai pendidikan kami,” lanjutnya. Keterbatasan itulah yang mengharuskan semua anggota keluarga berbagi peran.

Setiap pagi sebelum ke kantor, sang ibu membuat kue untuk menambah penghasilan keluarga. Dan tiap pagi pula, Tantin harus bangun lebih awal untuk membungkus kue-kue tersebut. “Kita semua bagi tugas, kebetulan saya kebagian tugas itu,” kenangnya lagi.

Di usianya yang sekarang, Tantin masih menyimpan banyak harapan. “Mudah-mudahan hingga tiba masa purnatugas nanti, semangat saya untuk mengabdi bisa seperti sekarang, tak kendur sedikit pun,” papar Tantin. “Dimana pun berada, saya hanya mencoba menjadi pribadi yang bermanfaat,” imbuh wanita asal Mojokerto ini.

Tak lupa Tantin menyelipkan pesan kepada para mahasiswa. “Lihatlah sekitar dan lakukan hal sekecil apapun untuk membantu mereka yang membutuhkan,” pesannya. “Kerjakan semua hal sepenuh hati, jangan merasa ditekan. Tapi nikmati tanggung jawab yang ada,” pungkasnya.

Hoakian Peramal Nasib

Saya dan Eka, rekan sesama reporter ITS Online yang juga magang di Radar Surabaya berkesempatan meliput sesuatu ‘berbau’ Chinese. Daerah Kembang Jepung atau Kya-Kya adalah kawasan pecinan. Meski sekarang sudah tidak seramai dulu, atmosfer Chinese masih terasa. Tak lain karena keberadaan gapura naga serta kuil yang berlokasi tak jauh dari jalan utama Kembang Jepun. Menariknya, di malam hari juga terdapat peramal ulung. Untuk keperluan liputan, jadilah kami berdua mampir. So, this is our reportation!

Tetap Eksis jadi Peramal Nasib hingga Hong Sui

Mr Lim
Seorang pria berkulit putih dengan logat Hoakian lumayan kental tampak sibuk meramal nasib kliennya. Di sela-sela kesibukannya membaca nasib sang klien, sesekali ia membolak-balikkan buku Wan Nien Di. Dialah Mr Lim atau Jimmi, seorang peramal nasib dan Hong Sui yang masih eksis melakoni profesinya di tengah terpaan global hingga kini.

“Saya sudah menekuni profesi ini selama 40 tahun lebih,” terang pria yang akrab disapa Jimmi ini. Di awal perjalanan karirnya, Jimmi mengaku jika dulunya ia meramal secara keliling alias door to door di beberapa kota. “Sejak usia 18 tahun, saya mulai berkeliling meramal,” terangnya.

Bukan hal aneh jika Jimmi memilih meramal dengan cara demikian, melihat keadaan tersudutnya posisi warga keturunan Thionghoa di Indonesia saat itu. “Itu karena dulunya dilarang menampilkan identitas berbau Tiongkok,” terang pria kelahiran 3 Desember 1947 tersebut.

Namun menjadi peramal keliling tak membuat Jimmi minim pengalaman. Buktinya, ia sudah menyingahi beberapa kota di tanah air, diantaranya Bandung, Makassar, Papua, dan terakhir ia memilih menetap di Surabaya sejak 2003 lalu. Sejak memilih membuka praktek ramal di kawasan Kya-Kya, Kembang Jepun Surabaya, Jimmi menjadi cukup dikenal.

Meramal klien
Eka mewawancarai Mr Lim
Tak tanggung-tanggung, kliennya pun berasal dari berbagai kalangan, usia, dan etnis. “Tidak hanya etnis Thionghoa tapi sampai orang Madura juga ada,” kata Jimmi sambil tersenyum. Sampai saat ini Jimmi masih setia menetap di kawasan Kya-Kya meski kawasan tersebut tak seramai dan semegah dulu lagi.

Selain memiliki kemampuan meramal nasib, Jimmi alias Mr Lim juga memguasai ilmu Hong Sui atau tata letak ruangan. Khusus untuk konsultasi mengenai maslah ini, Jimmi memberlakukan tarif khusus.

Diakui Jimmi, kemahirannya meramal merupakan karunia dewi pengasih, Dewi Kwang In. “Kedua orang tua saya tidak ada yang bisa meramal,” terang pria kelahiran Bagan siapi-api, Sumatera Selatan ini. Diakui Jimmi jika sejak kecil, dirinya diasuh oleh sang paman karena kedua orang tuanya meninggal dunia. Di samping itu, Jimmi juga mengaku dirinya tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Kemampuan linguistik yang dimilikinya, seperti bahasa asing Jepang, Inggris, Mandarin, dan Hoakian dipelajari sendiri secara otodidak.

Menapaki usianya saat ini, Jimmi mengungkapkan, dirinya tidak memiliki cita-cita lagi, menurutnya mengabdi agar bisa membatu banyak orang sudah cukup. “Saya hanya ingin membantu orang lain untuk mengingat masa lalu dan membaca masa depan mereka,” tuturnya.

Friday, June 24, 2011

Branding

Tak bisa dipungkiri, branding merupakan salah satu bagian terpenting dalam pemasaran suatu produk. Saat ini, branding sudah menjadi kebutuhan tersendiri bagi industri, termasuk UKM. Mahasiswa DKV pun dituntut mampu mem-branding-kan UKM tersebut. Fakhrul Abidi, mahasiswa DKV angkatan 2008 membenarkan hal tersebut. “Tugas ini bertujuan memberikan citra positif pada kelompok Usaha Kecil Menengah (UKM) di wilayah Surabaya dan sekitarnya,” ujar Fakhrul. Satu kelas DKV 4 terbagi menjadi enam kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari lima sampai enam orang.

Fakhrul meyebutkan, hal pertama yang mereka lakukan adalah menentukan tempat yang akan dibrandingkan. Hal itu dilakukan dengan tetap mempertimbangkan berbagai permasalahan yang dihadapi kelompok UKM selama ini. ‘’Kami melakukan survey langsung untuk mengetahui permasalahan mereka,’’ ujar Fakhrul.
 
Fakhrul dan kelompoknya memilih industri tas Tanggulangin Sidoarjo. Setelah survey, ia menangkap persepsi yang ada di masyarakat bahwa produk Tanggulangin hanya ditujukan untuk orang tua. Agar dapat menyentuh kalangan remaja, Fakhrul dan rekan-rekannya mengupayakan branding lewat desain tas yang lebih kasual dan modern.

Logo Gresyant Art
 Berbeda dengan Ceyza Amera N, bersama timnya, ia berusaha membrandingkan usaha kerajinan berbahan dasar natural seperti pelepah pisang dan eceng gondok di Gresik. Uniknya, mereka tidak hanya membuat logo maupun katalog, melainkan juga theme song untuk usaha bernama Gresyant Art tersebut.

Cak Ken, 'Tuan Craps' versi Kenjeran
Branding lewat kaos
 Sementara itu  Mirzza Al-Akbarian. Ia bersama timnya mengangkat permasalahan UKM di Kenjeran. ‘’Kami mengambil fokus camilan khas Kenjeran yang banyak berupa krupuk,’’ ujar Mirzza. Khusus Maskot., mereka menamakan sebuah kepiting berbaju khas Madura dengan Cak Ken alias Camilan Khas Kenjeran. Mereka membuat logo, maskot, serta supergraphic berupa binatang-binatang laut. “Itu karena berbagai hasil laut tersebut diolah menjadi camilan,” ungkapnya.

Ada juga beberapa maskot lain serta cara branding yang mereka gunakan seperti di bawah ini. Monggo dilihat:D
Maskot Sandal Wedoro
Cute Box yaaaa:D
Desain sertifikat unik
Kemasan produk mangrove
Publikasi parade jajanan yang eye catching
Umbul-umbul sebagai upaya branding
Bagus-bagus kan ya branding yang temen-temen DKV 2008 bikin. Mungkin bisa jadi rujukan kalau ingin mem-branding-kan usahanya:))

PIMNAS, We Catch You!!!


Alhamdulillah. PIMNAS! MAKASSAR!
Tentunya ini juga berkat doa dan usaha teman-teman semua. Thank you guys, teman-teman setim PKMM Bycatch. Pengabdian masyarakat ini semoga tak cukup terhenti di sini saja ya.



Thank's to:
Fahmi dengan ke-selfish-annya mengerjakan tetek-bengek PKM, sehingga lebih sering bikin saya nggak kerja. Karya tulis, urusan bengkel, survei, dan lain-lain, semuanya dikerjain sendiri. Wuaaaa, amazing! (#jadi merasa bersalah saya) 
Fanny dengan teknik lobbying ke bapak-bapak nelayan yang luar biasa. Dan mondar-mandir sana-sini nguntit si Fahmi. 
Eka geje dengan ke-geje-annya. Makasih sudah jadi ibu pemandu sorak (eh salah, pemandu masak) ibu-ibu nelayan. Saya tahu, sebenarnya kamu punya sisi wanita lewat memasak kok.

Robby dengan sifat iseng yang keterlaluan dan bikin suasana yang udah cair berubah jadi saturated vapor (hlo??). Bikin kita ngakak di tengah pressure menyelesaikan slide minus sekian menit. U're great fren!!! 
Teguh yang selalu jadi korban kesibukan teman-teman setim lainnya. Harus ikut monev sendiri meski ngerasa gak tahu apa-apa. Dan udah jadi kameraman handal di Tambah Wedi. Nice video! 
Firda yang pendiem dan selalu nurut. Yang mau aja kita suruh-suruh (dimintai tolong maksudnya) Makasih ya dek:D 
Yuni sama Shabrina yang udah jadi penggembira waktu pengmas. Senang sekali ada kalian. Nambah personil sekaligus nambah rame. Karena ada Yuni, kita jadi makin ngakak (soale Robby makin leluasa menganiaya Yuni) Sekali lagi makasih teman.
Semoga di PIMNAS nanti, kami bisa memberikan yang terbaik. Amiiiiin

Sunday, June 5, 2011

Feel Little Stress!!


No.. no... no.... Maybe this one is the solution. Yaaaa, keep smiling and doing good for others.